Laman

Kamis, 13 Desember 2012

Contoh Esai


Kesetiakawanan Perekat Peradaban


Peperangan Belum Usai

Indonesia merupakan negara yang besar dengan wilayah yang luas dan rakyat yang banyak. Merupakan suatu hal yang luar biasa jika bisa menyatukan negara yang besar ini, negara yang memiliki beraneka ragam suku, agama, dan ras. Pendahulu kita dengan segenap jiwa mempersatukan bangsa ini agar terbebas dari belenggu penjajahan. Mereka mempertaruhkan jiwa dan raga agar kelak penerus mereka bisa menghirup udara kemerdekaan.
Namun kini, setelah kita menikmati kemerdekaan hampir lebih dari separuh abad (67 tahun) kita malah merusaknya. Cobalah kita bandingkan nilai rasa persatuan tempo dulu dengan saat ini. Mungkin akan terlihat perbedaan yang sangat besar. Hal itu dikarenakan kita menganggap peperangan sudah usai dan kemerdekaan akan kita miliki selamanya. Akan tetapi, hal itu seharusnya tidak pernah kita coba banyangkan, karena hal itu salah besar. Kemerdekaan kita saat ini hanyalah sebuah pengakuan belaka, bahwa Indonesia telah merdeka secara utuh. Sedangkan dari dalam ”tubuh” Indonesia sendiri belumlah aman. Rasa aman semakin terkoyak oleh berbagai kejadian yang memilukan dan bahkan memalukan. Misalnya, penyerangan pos polisi, perselisihan antar penduduk, aksi teroris, permusuhan antar suku/agama/ras, adanya keinginan kelompok-kelompok tertentu memaksakan kehendak, dan seterusnya. Sedikit demi sedikit rasa persatuan Indonesia mulai memudar oleh kemilau sinar kemerdekaan yang membuat kita lupa bahwa peperangan seseungguhnya belum selesai.

Rasa Kepedulian
Rasa persatuan yang memudar tersebut sudah terbukti dengan adanya KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepoteisme). Mereka yang melakukan KKN sudah buta dan tuli akan saudara sebangsa dan hilang rasa persatuannya. Mereka hanya mengambil keuntungan untuk diri sendiri atau golongan tertentu dan mengabaikan nasib saudara sebangsanya yang dirugikan. Rasa keakuan mereka tinggi sehingga melupakan apa yang dulu pernah diperjuangkan oleh para leluhur bangsa Indonesia. Sesungguhnya sadar tidak sadar kemerdekaan itu adalah kebutuhan hakiki setiap bangsa yang berdaulat. Akan tetapi, kemerdekaan yang telah diraih dengan cucuran air mata dan darah kini terasa semakin terkoyak oleh prilaku orang-orang yang kurang peduli terhadap pemaknaan arti kemerdekaan yang sesungguhnya.
Tanpa kepedulian yang tinggi terhadap pemaknaan kemerdekaan yakni adanya pengakuan bahwa kita adalah bangsa yang berdaulat, kita adalah satu tanah air, dan kita sesungguhnya adalah bersaudara, mustahil akan tumbuh rasa kepercayaan, senasib dan sepenanggungan, serta kesetiakawanan nasional yang tinggi. Justru sebaliknya, tanpa itu semua kita akan terpecah-pecah menjadi kepingan kecil yang tidak berdaya.
Bila kita tahu dan tetap buta dan tuli akan nasib bangsa kita, itulah yang disebut tidak peduli. Kepercayaan dan kesetian akan muncul dengan sendirinya bila kita peduli akan sesama, bangsa dan negara kita. Oleh karenanya kita perlu untuk menumbuhkan dan mengembangkan semangat kesetiaan berbangsa dan bernegara yang utuh.

Kesetiakawanan
Umpamakanlah kita ini sebagai sapu lidi yang hanya akan berguna bila disatukan dan diikat dengan seutas tali. Apabila tali pengikatnya terlepas dan membuat batang-batang sapu itu tercerai berai, hal itu tidaklah berguna. Hal yang sama juga berlaku untuk kita, apabila kesetiaan terhadap sesama tidak ada dan persatuan tidak pernah tumbuh di tanah air kita, kita akan hancur dan tidak berdaya, namun bila kita bersatu segalanya dapat kita lakukan.
Hal termudah yang bisa kita lakukan dikehidupan sehari-hari adalah mempercayai teman, sahabat, kolega dan keluarga kita. Bersamaan dengan adanya rasa percaya tumbuh juga kesetiaan kita.
Di dalam pergaulan remaja masa kini kesetiaan ini lebih dikenal dengan kesetiakawanan. Mereka terutama menempatkan rasa setia ini kepada teman atau sahabat mereka. Sehingga ikatan yang terbentuk disini masih berskala kecil.
Kesetiakawanan yang dimaksud disini bukanlah ”senjata” yang digunakan untuk memperdayakan teman kita saat mengikuti ujian. Teman yang baik tidak akan memberikan temannya contekan saat ujian walaupun temannya tersebut menggunakan nama kesetiakawanan untuk mendapatkan kemudahan, karena hal tersebut tidaklah baik. Justru kesetiakawanan berarti ”senjata” sesungguhnya jika kita bisa bertenggang rasa dan tepa selira pada saat teman atau sahabat kita sedang menghadapi musibah yang membuat mereka tidak berdaya atau terpuruk.
Dari  ikatan kecil inilah akan terbentuk kesatuan yang besar. Bila suatu ikatan kecil ini mengikat ikatan lainnya maka akan membentuk jalinan bagai rantai yang kuat. Begitulah bila kita memiliki kesetiakawanan yang tinggi.
Apabila kita memiliki kesetikawanan dan menjalin hubungan yang baik dengan sesama kita, tidak mungkin akan terjadi tawuran seperti yang sering terjadi akhir-akhir ini. Atau bentrokan antar daerah yang dipicu hanya oleh masalah kecil.
Jaga dan rawatlah kesetiakawanan agar persatuan bangsa ini tetap utuh. Kesetiakawanan juga dapat merekatkan hubungan kita dengan sesama kita walaupun berbeda suku dan agama. Karena perbedaan bukanlah sebuah pemecah persatuan, melainkan sebuah pelengkap dari banyak kekurangan.
Jangan merusak rasa persatuan dengan kepuasan pribadi semata. Bila sahabat atau saudara kita sedang kesusahan, sepantasnyalah kita merasakan hal yang sama dan membantunya. Untuk itulah, sebagai bangsa beradab yang tumbuh dari masa-masa silam yang pahit hendaknya terus ’eling’ agar senantiasa memperteguh iman, mempererat tali silahturami dan rasa persaudaraan, dan mengembangkan rasa kesetiakawanan nasional dengan tulus ikhlas niscaya kita akan dapat membuktikan bahwa Indonesia adalah negara besar yang benar-benar berdaulat dan berbudaya tinggi.

0 komentar:

Posting Komentar